Beranda | Artikel
Nasihat kepada para Penuntut Ilmu
Senin, 5 November 2018

Fatwa Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala

Pertanyaan:

Apa nasihat (arahan) syaikh kepada orang-orang yang ingin menuntut ilmu (agama), bagaimana tahapan (fase) dalam mempelajari dan mendalami ilmu (agama) secara mendasar? Apa nasihat syaikh agar kita tetap berpegang (komitmen) dengan hadits (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)?

Jawaban:

Segala puji bagi Allah Ta’ala, yang telah memudahkan menuntut ilmu,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54]: 17)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu (agama), maka akan Allah Ta’ala mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah [9]: 122)

Baca Juga: Derajat Mulia Penuntut Ilmu Agama

Jalan (metode) untuk menuntut ilmu itu banyak tersedia, alhamdulillah. Baik dengan masuk ke madrasah (sekolah agama), ma’had [1], atau kuliah (sekolah tinggi) yang bersifat formal, kemudian engkau mempelajari buku panduan dalam berbagai bidang agama, seperti tauhid, fiqh, tafsir, hadits, dan bahasa Arab (lughoh). Karena ma’had, sekolah tinggi, dan sekolah agama tersebut memiliki buku panduan yang bagus bagi orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala (untuk belajar di sana, pen.) dan juga memiliki guru-guru yang kompeten (ahli).

Atau bisa juga belajar di majelis ilmu yang terdapat di masjid-masjid dan diasuh oleh para ulama, yang memang duduk untuk mengajarkan ilmu kepada masyarakat. Jika masjid yang terdapat majelis ilmu di dalamnya itu tidak dekat, maka pergilah ke masjid lainnya, meskipun jauh dan meskipun untuk pergi ke sana membutuhkan safar (perjalanan jauh). Hal ini karena ulama terdahulu, mereka melakukan safar untuk menuntut ilmu dengan perjalanan yang panjang dan mereka tidak memiliki kendaraan atau pesawat terbang. Bahkan, mereka hanya memiliki kaki untuk berjalan atau menaiki hewan tunggangan, padahal jaraknya jauh dan di negeri asing. Meskipun dalam kondisi seperti itu, mereka tetap bersabar.

Hal ini karena ilmu tidaklah diraih dengan sekedar angan-angan dan tidaklah diraih dengan cara yang gampang (instan). Akan tetapi, menuntut ilmu membutuhkan kesabaran dalam rasa letih, mengharap pahala (ihtisaab), dan juga (membutuhkan) niat yang benar. [2]

Baca Juga:

***

@Sint-Jobskade 718 NL, 27 Dzulhijjah 1439/ 8 September 2018

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

Referensi:

[1] Dalam budaya di Arab Saudi, istilah “ma’had” itu identik dengan sekolah non-boarding setingkat SMP dan SMA. Adapun di budaya kita, istilah ma’had itu biasanya identik dengan sekolah boarding (santri menginap dan tidak pulang).

[2] Diterjemahkan dari kitab Al-farqu baina an-nashiihah wa at-tajriih, hal. 28-29 (penerbit Kunuuz Isybiliya).

🔍 Trilogi Tauhid, Air Wudhu Yang Sah, Adzan Dan Iqamah, Doa Sebelum Berbuka Puasa, Apakah Itu Islam


Artikel asli: https://muslim.or.id/43582-nasihat-kepada-para-penuntut-ilmu.html